Wednesday, December 29, 2010

Remunerasi Perlu Bagi Wong Cilik, Tidak Bagi Pejabat Eselon

OLEH: ARIEF TURATNO

GARA-gara kasus Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, pegawai negeri sipil (PNS) Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan golongan IIIA yang mengemplang uang miliar rupiah, orang rebut mempersoalkan remunerasi. Ada yang mengusulkan supaya remunerasi ditinjau ulang, ada pula yang menghendaki agar tetap dilanjutkan. Persoalan dan pertanyaannya adalah apakah remunerasi itu diperlukan?

Ini bukan kisah atau ceritera bohongan. Ini kejadian sesungguhnya yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah (Jateng), seorang guru salah satu SMA yang merangkap menjadi tukang ojeg. Dan hal yang sama juga terjadi di Kota Tegal,  Jateng seorang PNS yang nyambi jadi abang becak. Di Bekasi, Jawa Barat (Jabar), juga banyak PNS golongan II yang setiap sore dan malam hari merangkap menjadi tukang ojeg.

Semua itu dilakukan untuk menutup kebutuhan hidup sehari-hari. Sebab gaji sebagai PNS, baik guru maupun PNS di Pemda tidak pernah mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka. Daripada korupsi atau mencuri, maka mereka mencari pendapatan lain secara halal dengan menjadi abang becak, pengamen atau tukang ojeg. Dan itu tidak hanya terjadi di Brebes, Tegal, Bekasi atau lainnya, tetapi terjadi dimana-mana di Indonesia

Friday, December 10, 2010

Mobil Baru untuk Pimpinan Dewan Banjarnegara

Kabar menggembirakan untuk masyarakat Banjarnegara, karena wakil-wakil kita di  DPRD mendapat fasilitas baru untuk menunjang mobilitas profesi mereka sebagai wakil rakyat. Perasan gembira anggota dewan sesungguhnya merupakan kegembiraan masyarakat Banjarnegara juga, akan tetapi jika terdapat warga yang merasa kurang suka itu wajar-wajar saja, karena rasa senang  itu sudah diwakilkan.

Pagi Buyar

Minggu pagi menjelang keberangkatan jamaah calon haji Banjarnegara menuju Solo lalulintas cukup ramai, jauh lebih ramai dari hari-hari biasanya. Pagi itu juga aku mengantar ibu menuju pendopo Kabupaten Banjarnegara, tempat dimana rombongan calon jamaah haji asal Banjarnegara itu di lepas oleh Bupati Banjarnegara Drs. Ir. H Djasri MM MT .

Ceritera dari Djokja 21 Tahun Silam

Di pinggiran sebuah kota kecil, di unjung jalan terhampar sebuah pekarangan  yang cukup luas namun sedikit tak terawat disitu berdirilah sebuah bangunan. Meskipun masih pada kawasan kota bangunan itu kelihatan terpisah dari bangunan lain, bahkan hampir tak ada bangunan lagi yang berdiri diselilingnya, sehingga tampak sepi, angker, sungguh menakutkan, cukup untuk  membuat bulu kuduk kita berdiri menahan rasa takut. Tapi adakah yang mendiami bangunan itu?



Friday, November 26, 2010

Susunan Surat dan ayat Al-Quran

ReferensiMuslim.Com:Suatu hari saya ditanya, kenapa Surat al Fatihah urutan pertama dalam susunan mushaf alquran, padahal ayat yang pertama kali turun adalah surat Al 'Alaq ayat 1-5? Nah, saat itu saya hanya bisa menjawab karena alquran disusun bukan berdasarkan urutan turunnya ayat, titik. Selebihnya tidak tahu. Setelah membuka-buka referensi yang ada, diantaranya Refernsi Tafsir Al Quran.


Wednesday, November 17, 2010

Jalur Banjarnegara - Karangkobar Rawan Macet

Jakarta dan kota-kota besar lainnya macet sudah biasa, banjir merupakan langganan setiap kali hujan bagi ibu kota negara tercinta, tapi kemacetan lalulintas yang terjadi di Banjarnegara menjadikan sebuah pemandangan yang tidak lazim terjadi karena kota Banjarnegara ini adalah kota kecil yang sangat sepi, bahkan karena sepinya sampai mendapat julukan kota pensiunan.
Sepintas tulisan ini adalah guyon, plesetan atau bahkan ngaco, mana mungkin Banjarnegara macet kecuali ada pohon tumbang, tanah longsor atau bencana alam lainnya seperti yang pernah terjadi 4 tahun silam saat dukuh Gunungraja Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu tertimbun tanah longsor dengan korban jiwa sebanyak 96 orang.



Monday, November 1, 2010

Suharto's No Hero

Tiga tahun yang singkat setelah kematiannya, di Indonesia diktator Soeharto telah dinominasikan untuk persiapan yang akan ditetapkan sebagai "Pahlawan Nasional." Keputusan akhir di tangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. dan setiap kehormatan kemungkinan akan diumumkan pada tanggal 10 November Hari Pahlawan. Presiden Obama dijadwalkan berkunjung ke Indonesia sekitar tanggal tersebut.
Setelah Soeharto meninggal pada bulan Januari 2008, ETAN wrote:

Mantan diktator Jenderal Suharto di Indonesia telah meninggal di tempat tidur dan tidak di penjara, melarikan diri keadilan bagi berbagai kejahatan di Timor Timur dan di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satu pembunuh massal terburuk di abad ke-20, korban meninggal masih shock ...

Kita tidak bisa melupakan bahwa pemerintah Amerika Serikat secara konsisten mendukung Soeharto dan rezim-nya. Sebagai mayat menumpuk setelah kudeta dan

Wednesday, October 27, 2010

Pengadaan CPNS Dijualbelikan

SEMARANG - Menjelang pelaksanaan seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) Jateng tahun 2010, beredar informasi tentang harga yang dipatok pihak-pihak tertentu agar pendaftar bisa diterima menjadi pegawai pemerintah.








Bahkan di wilayah eks Karesidenan Surakarta, yakni di Kota Surakarta, Kabupaten Klaten, Sukoharjo, Sragen, Karanganyar, Wonogiri, dan Boyolali, beredar foto kopi tarif tersebut.

Temuan itu diungkap Presidium Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman. Menurutnya, berdasar foto kopi yang dia terima, oknum tersebut mematok harga cukup tinggi kepada pendaftar CPNS. Mereka yang berijazah S1 dipatok Rp 150 juta, sedangkan lulusan D-III Rp 130 juta.

Tuesday, October 26, 2010

Etika Budaya Malu Aparatur Pemerintah Kabupaten Banjarnegara






Hampir disetiap ruangan pada kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara terdapat papan  budaya malu aparatur. Lebih jauh lagi, telah terbit surat edaran Bupati Banjarnegara yang isinya memerintahkan agar 12  budaya malu itu dibaca dan ditirukan oleh seluruh peserta apel pada saat apel pagi paling tidak 3 kali dalam satu minggu di masing-masing instansi.

Thursday, October 7, 2010

PAD Banjarnegara hanya cukup bayar Belanja Pegawai kurang dari 2 bulan saja

BSetiap daerah mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga potensi suatu daerah tidak selalu sama, masing-masing daerah mempunyai sumber-sumber pendapatan yang bervariasi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Berikut ini adalah grafik Realisasi Pendapatan Kabupaten Banjarnegara tahun anggaran 2009


Proses Menuju Sukses

“ Banyak orang ingin sukses, namun tidak banyak orang mau melewati Prosesnya “
Ungkapan di atas sering kita jumpai di sekitar kita atau bahkan kita alami sendiri. Banyak orang yang ingin sukses namun tidak mampu melewati jalan untuk menuju sukses itu sendiri. Setiap tujuan sukses, tidak serta merta membuat kita dapat mencapainya. Semua tergantung seberapa besar niat dan tekat kita untuk melalui semua jalan menuju tujuan sukses itu. Memiliki Tujuan sukses adalah baik karena ketika kita menetapkanya, itu sudah menjadikan Peta penunjuk jalan untuk mencapainya. Namun setelah kita memiliki peta yang bernama tujuan sukses, apa kita akan mengikutinya?

Tuesday, September 28, 2010

Ada "PNS Bunglon" Dalam Pemilu Kadal Kabupaten Banjarnegara, mendatang

Pesta Demokrasi (Pemilu Kadal Banjarnegara) kurang dari satu tahun lagi, namun banyak Pegawai Negeri Sipil dibeberapa instansi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sudah ramai membicarakanya bahkan sudah mulai terbentuk secara alami kelompok-kelompok yang mendukung salah satu balon bupati.
Selanjutnya Jurukunci Banjarnegara membedakan Pegawai Negeri Sipil di Banjarnegara dalam beberapa kelompok pendukung :

Sunday, September 19, 2010

Obral Janji Calon Bupati Banjarnegara, Akankah Janji Tinggal Janji?

Tak ada calon bupati yang tak obral janji, itu kata-kata yang sering kita dengar dalam masa kampanye. Berikut adalah janji ( Mr. X ) calon bupati yang mengklaim mempunyai dukungan paling banyak. Bahkan sebagian besar pengamat memprediksi calon inilah yang bakal memenangi dalam pemilihan kepala daerah mendatang. Di kerumunan massa pendukungnya yang cukup banyak dia mengatakan;




Thursday, September 16, 2010

Soekarno Tergoda Wanita Cantik , Benarkah Beliau Dijebak KGB

Membaca postingan www.indoforum.org  tanggal 6 Desember 2008 Soekarno tumbal bangsa memang rasanya tidak dapat dipungkiri, bahkan tidak cukup sampai Soekarno saja yang menjadi tumbal, anak keturunan nya ikut pula menjadi tumbal, berikut kutipannya.
Soekarno tumbal bangsa

Wednesday, September 15, 2010

Polemik Hukum Sholat Fardu Berjamaah Di Masjid, Terjawab Sudah

Sholat Fardu Berjamaah di Masjid
Ahmad Zain An Najah, MA

ÙˆَØ£َÙ‚ِيمُواْ الصَّلاَØ©َ Ùˆَآتُواْ الزَّÙƒَاةَ ÙˆَارْÙƒَعُواْ Ù…َعَ الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ “ ( Qs Al Baqarah : 43 )
Dalam ayat ini, tidak akan diterangkan hukum sholat dan zakat. Hanya akan diterangkan secara sekilas seputar sholat jama’ah dan beberapa hukum yang terkait dengannya. Hal itu, mengingat sebagian ahli tafsir yang berpendapat bahwa firman Allah: “ dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ “ adalah ayat yang menganjurkan sholat berjama’ah. Agar mempermudah pembahasan, maka diurutkan sebagai berikut :




Monday, September 13, 2010

Pendapat Mengenai Hukum Shalat Fardu Berjamaah di Masjid


Assalamualaikum Wr Wb.
Pak Ustadz, saya mau tanya mengenai hukum shalat berjamaah, di mana terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama ada yang berpendapat sunat muakad dan fardlu kifayah. Mohon penjelasannya dari pak ustadz. Juga mohon pendapat pak ustadz mengenai hukum shalat berjamaah dengan memperhatikan hadist Rasulalloh SAW yaitu kisah orang buta dan ajakan Rasul untuk membakar rumah yang tidak mau ikut berjamaah juga riwayat tentang adanya sahabat yang menginfakan seluruh kebun kurma-nya gara-gara mengurus kebun tersebut beliau menjadi tertinggal berjamaah
Atas penjelasannya dihaturkan Jazakumulloh Khoiron Katsiiron
Wassalamualaikum wr wb

Sunday, September 12, 2010

Pertandingan Sepakbola dengan Dua Wasit

Sudah sejak Piala Dunia tahun 1998 bahkan mungkin sebelum itu saya sudah berangan-angan nonton sebuah pertandingan sepakbola yang sesedikit mungkin ternodai oleh kontroversi dari wasit. Sehingga pertandingan akan berjalan lebih fairpaly. Karena dari sekian puluh pertandingan atau ratusan pertandingan yang sudah disaksikan hampir selalu saja ada kekecewaan penonton yang disebabkan oleh human error dari seorang wasit.

Dari keinginan diatas terlintas dalam pikiran pertandingan bola basket yang dipimpin oleh dua orang wasit, lalu  membandingkan, kenapa sepakbola yang lapangan pertandingannya jauh lebih luas dan jumlah pemain lebih banyak tidak menggunakan dua wasit atau bahkan lebih.

Friday, September 3, 2010

Kendaraan Dinas, Bukan untuk Kepentingan Pribadi

Mobilitas yang tinggi
Sebagian besar dari pejabat setingkat eselon tiga keatas mempunyai jam kerja yang melebihi jam kerja seperti yang telah ditetapkan. Dengan dalih untuk memperlancar tugasnya pejabat atau staff yang merasa tingkat mobilitasnya tinggi berusaha untuk mendapatkan fasilitas kendaraan baik itu kendaraan roda dua ataupun roda empat. Hal tersebut sudah dianggap wajar sebagai suatu kebutuhan, karena dengan kendaraan itu seorang pegawai dapat menghemat waktu, yang berpengaruh terhadap selesainya suatu pekerjaan tepat waktu.

Thursday, September 2, 2010

Calon Bupati Banjarnegara, antara Popularitas dan Uang

Meski pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah masih sekitar satu tahun lagi, namun orang sudah mulai ramai membicarakannya. Dari orang yang awam politik di pinggiran jalan sampai dengan petinggi politik daerah di gedung megah, dari dunia nyata merambah ke dunia maya mereka semua bisa berangan-angan menurut jalan pikiranya masing-masing siapa kira-kira yang pantas menjadi bupati Banjarnegara mendatang.
Jurukunci Banjarnegara

Monday, August 30, 2010

Remunerasi Kementerian Dalam Negeri

11 Instansi Bakal Terima Remunerasi

JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PAN&RB) EE Mangindaan, menyatakan bahwa 11 instansi bakal menerima tunjangan kinerjanya (remunerasi). Menurut Magindaan, 11 instansi yang akan menerima remunerasi itu dianggap telah menyelesaikan proses reformasi birokrasi.

Saturday, August 21, 2010

Ganyang Malaysia

Sekarang adalah momentum yang tepat untuk menyatukan kembali bangsa Indonesia yang sudah terpecah belah.. Dahulu Bangsa Indonesia bersatu karena mempunyai musuh yang sama yaitu PENJAJAH. Jadikanlah Malaysia musuh yang sama juga untuk mempersatukan bangsa ini. Ganyang Malaysia Satukan Indonesia.

Thursday, August 19, 2010

Pro KontraPeringatan Mulud dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenalmasa itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.

Monday, August 16, 2010

Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam

Hadits Shahih dan Hadits Dhoif dalam Hukum Islam

Hudzaifah.org - Ketika ada beberapa dalil hadits yang berbicara pada tema yang sama namun isinya saling berbeda, maka ada beberapa cara yang bisa diterapkan, antara lain:
Thariqatul Jam'i, yaitu menggabungkan keduanya sesuai dengan esensi masing-masing dalil.
Nasikh mansukh, yaitu melihat ke masa disampaikannya masing-masing dalil, di mana yang datang belakangan lebih kuat dari yang datang lebih dahulu.

Friday, August 13, 2010

Anak Versus Ortu



Suatu hari Amin disuruh ibunya ngepel lantai karena sudah kotor lama tidak dibersihan, sedang asik-asiknya Amin ngepel tiba-tiba ember berisi air yang di letakan dekat pintu itu tumpah. “Grubyag ……. gedebug!!!!!!! Suaranya agak aneh. Belum sempat amin mencari penyebab tumpahnya ember tadi, tiba-tiba terdengar suara cukup keras “ kamu naruh ember sembarangan, ini pintu untuk jalan bukan tempat ember!!!!!!!!!....... tahu????...... “

Tuesday, July 27, 2010

Jammed Jakarta: a History of Sprawling Growth and Poor Planning

It was a simpler Jakarta, and one now lost in time. Newly-independent Indonesia’s capital was abuzz with optimism and nationalist fever in the late 1940s — not to mention the sound of electric trolleys rolling through the city center and out to Menteng, which then was just a suburb.

The city’s streets, and its relatively efficient public transportation system, largely remained that way until the early 1960s, when a fateful decision forever altered Jakarta’s history. President Sukarno, foreseeing rapid growth, had the trolleys decommissioned and replaced with buses.

“The trolley was insufficient to transport crowds because it only had [at most] three carriages,” said Jakarta historian Andy Alexander. “If you add more, it doesn’t move.”

So the trolley lines were paved over with asphalt and replaced by giant gasoline-guzzling buses. City planners dreamed up thoroughfares to help push the city southward into the wetlands beyond Menteng.

But the envisioned road network never really happened, while development flourished virtually unchecked by regulations or zoning.
“They did have plans. They just never implemented them,” Alexander said. “Jalan Sudirman-Jalan Thamrin was good planning, but that’s it. Roads grew on their own, without any planning.”

Mohammad Danisworo, chairman of the Center for Urban Design Studies in Bandung, and an adviser to five Jakarta governors, says the city before independence was basically a network of kampungs. Newer ones sprung up in the 1950s and ’60s, he said, and all of them eventually joined the sprawl. “They built the houses, and the roads came later,” he said. “And sometimes those roads weren’t designed to handle this development.”

As a result, the city is sorely lacking in major east-west crossroads, but has an overabundance of one-lane roads snaking through neighborhoods and behind high-rise buildings.

Jakarta’s newer districts also were never designed to enable people to live, work, shop and take their kids to school in the same area. As a result, more than 1.25 million people make trips into or out of the city and back every workday. Modern urban planning dictates that “you plan everything in your neighborhood,” said Harya Setyaka S Dillon, a transportation expert. “That’s the problem: There was no vision for self-sustained communities.”

There was also no vision for pedestrians. Conspiracy theorists say foreign donors and international organizations such as the World Bank were eager to give loans and grants to build new roads and highways, all the better for imported American and Japanese cars. City officials gave scant consideration to sidewalks, crosswalks or other safety measures for foot traffic.

“Cities are [supposed to be] developed for people, not for cars,” said Milatia Kusuma Mu’min, Indonesian country director of the Institute for Transportation and Development Policy. “The city of Jakarta provides only for cars and motorcycles. Now there’s an imbalance — all the protection is for the motorist.”

Well, most of the time. Jakarta is all but absent of public parking space, which leaves little option but to park on streets and sidewalks, thereby increasing traffic bottlenecks.

“There is only a small space on the roads, and the cars take up more space, which causes more problems,” said Sutikman, 54, a “blue shirt” city parking attendant who has worked on Jalan Sabang near Menteng for the past 30 years. “But I don’t want to say that parking causes traffic problems, because then my superior would think I haven’t been doing my job.”

The way the city’s streets have developed, someone somewhere clearly didn’t do theirs.

source : copy paste http://www.thejakartaglobe.com

Wednesday, July 7, 2010

Sungai Serayu

SUNGAI Serayu yang berhulu di Dataran Tinggi Dieng dan mengalir membelah
daerah-daerah Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan Cilacap, Jawa
Tengah, merupakan sungai yang legendaris.

Tak heran kalau komponis Soetedja menciptakan lagu Di Tepinya Sungai Serayu pada
tahun empat puluhan, menjadi lagu abadi sampai saat ini. Sebait lirik lagu
tersebut berbunyi:

Di tepinya sungai Serayu. Waktu fajar menyingsing. Warna airmu berkilauan. Nyiur
melambai-lambai. Gunung Slamet yang indah. Tampak jauh di sana. Bagai lambang
kemakmuran tirta kencana...

Namun, di balik keindahan Serayu yang digambarkan dalam lagu tersebut, sungai
yang bermuara di Samudera Hindia itu setiap tahun selalu membawa bencana banjir.
Khususnya di daerah Banyumas dan Cilacap, dan bahkan Kebumen. Ketiga daerah ini
setiap tahun menderita kerugian puluhan miliar rupiah akibat rusaknya rumah
penduduk, lahan pertanian, jalan dan jembatan serta sarana kepentingan umum
lainnya. Masalah banjir Serayu ini juga bukan merupakan barang baru bagi
masyarakat Banyumas.

Dalam buku babad (sejarah) Bandjir Serajoe Banjoemas tahun 1582 atau 419 tahun
yang lalu, tertulis kalimat Ana Utjeng Mentjlok Ing Manggar atau "Ada Uceng
(sejenis ikan) hinggap di Manggar (mayang kelapa)". Ungkapan itu menunjukkan
bahwa pada tahun 1582 pernah terjadi banjir Serayu yang besar dengan genangan
air setinggi pohon kelapa sehingga ada ikan yang hinggap bunga buah kelapa.

Terlepas benar atau tidaknya isi babad tersebut, kenyataannya setiap tahun
Serayu selalu banjir. Berbagai proyek dengan dana APBN maupun dana bantuan luar
negeri untuk menjinakkan Sungai Serayu terus dilakukan sejak zaman Belanda, era
Orde Lama sampai Orde Baru. Namun, Serayu tetap sulit dijinakkan, dan terlalu
ganas bila musim hujan datang.

Di balik keganasan itu, sungai yang selalu berair keruh ini mempunyai peran yang
cukup besar dalam peningkatan produksi pangan dan kelistrikan di Jawa Tengah.

Beberapa proyek irigasi yang memanfaatkan Sungai Serayu telah dibangun sejak
zaman Belanda, yaitu Jaringan Irigasi Singomerto dan Banjarcahyana di
Banjarnegara. Sebelumnya pada era Orde Lama adalah Limbangan Clangap, Tajum,
Gambarsari dan Pesanggrahan. Pada era Orde Baru, jaringan irigasi peninggalan
Belanda dan Orla yang sudah cukup tua itu direhab dan dibangun kembali.

Terakhir adalah Proyek Bendung Gerak Serayu (BGS) yang baru selesai dibangun
dengan biaya Rp 130 miliar, yang diresmikan tahun 1997 oleh presiden, pada waktu
itu Soeharto.

Proyek BGS ini berfungsi sebagai penampung dan pengatur air Serayu, dan mampu
mengairi sawah seluas 20.795 hektare lebih di daerah Banyumas, Cilacap,, dan
Kebumen. Dengan adanya proyek BGS tersebut, sawah yang semula tadah hujan kini
bisa panen tiga setahun dengan pola tanam padi dan palawija.

Sebelumnya, para petani hanya bisa panen sekali setahun. Itu pun kalau tidak
diganggu banjir. Keberadaan BGS itu jelas bisa melipatgandakan produksi pangan,
dan meningkatkan kesejahteraan petani di ketiga daerah itu.

Selain itu, BGS juga bisa mengendalikan air Serayu secara otomatis. Bila air
besar, pintu akan membuka. Sebaliknya, bila debit air kecil pada musim kemarau,
pintu akan tertutup dan air sungai akan tertampung. Teknologi yang cukup canggih
itu ternyata tidak mampu melawan bila alam sedang murka. Misalnya, bila banjir
besar tiba, BGS seolah tak berfungsi. Air tetap meluap menggenangi daerah
sekitar.


Hanyutkan Jembatan

Ketika BGS baru diuji coba, arus deras Serayu ternyata mampu merobohkan dan
menghanyutkan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Kebasen dengan Rawalo,
keduanya di Kabupaten Banyumas, Jateng. Bukan itu saja, 11 hektare sawah dan
ladang bersama delapan rumah penduduk hanyut diterjang banjir Serayu yang ganas.

"Serayu pun melebar, sawah ladang tadi hilang dan berubah menjadi sungai, dan
mengancam keselamatan 36 rumah penduduk lainnya di Desa Cindaga," kata Bupati
Banyumas Aries Setiyono SH SIP ketika meninjau lokasi tersebut baru-baru ini.

Seorang penduduk Desa Cindaga yang sawah ladang dan rumahnya hilang, Kartawijaya
(60), menuturkan kepada Pembaruan, meskipun sawah ladang dan rumahnya hilang, ia
tetap ditagih Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Ternyata masih ada 7 warga lainnya yang mengalami nasib serupa seperti
Kartawijaya. Yaitu Suparto (50), Ny Kasem (48), Slamet Effendi (35), Sanurdji
(60), Wanaredja (65), Yasmiardja (60) dan Rana Rebo (55).

"Aneh tapi nyata. Itulah nasib yang saya alami" ujar Kartawijaya yang kini
tinggal di tempat lain tak jauh dari lokasi bencana tersebut.

Atas pernyataan tersebut, bupati memerintahkan Dipenda agar warga yang tanah dan
rumahnya hilang dihapus pembayaran PBB-nya.

Masalah BGS itu pernah dibicarakan rapat kordinasi di Pemkab Banyumas. Bendung
senilai Rp 130 miliar itu, ternyata belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
Terutama dalam pembagian air irigasi. Beberapa daerah masih kesulitan droping
air dari bendung tersebut. Sehingga kasus rebutan air masih sering terjadi di
kalangan para petani. Terutama pada musim kemarau.

Masalah lain yang dialami warga di bagian hilir Serayu sejak dibangunnya Bendung
Gerak Serayu tersebut, adalah Sungai Serayu tidak lagi mengandung pasir, karena
tertahan di bagian hulu. Akibatnya para penggali pasir kehilangan mata
pencahariannya,dan harus berpindah ke lokasi yang masih mengandung pasir.

"Saya harus berjalan berkilo-kilometer untuk menuju ke bagian hulu bila akan
menggali pasir," kata Mardjani seorang penggali pasir Desa Kebasen, Banyumas.
Itu pun harus seizin para penggali pasir di bagian hulu bendung.

Selain itu pembayaran retribusi ke desa dan kecamatan tetap berjalan. Beruntung
solidaritas sesama penggali pasir cukup tinggi. Setelah Mardjani menjelaskan
masalah berkurangnya pasir di bagian hilir, para penggali pasir di bagian hulu,
mau menerima kehadiran Mardjani bersama teman-temannya yang lain. "Sungai ini
milik kita bersama," kata para penggali pasir itu.

Untuk menanggulangi erosi yang disebabkan arus Sungai Serayu,dan menyelamatkan
Jembatan Soekarno serta jembatan di sampingnya di Desa Cindaga, Banyumas, kini
tengah digarap proyek penanggulangan erosi Serayu dengan dana Rp 10 miliar
bantuan dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

Erosi Serayu yang ganas itu telah menghanyutkan 8 rumah penduduk beserta sawah
ladangnya seluas 11 hektare dalam waktu sekejap saja. Hal ini mendorong Pemkab
Banyumas dan Pemprov Jateng bertekad untuk menanggulangi erosi tersebut. Bila
hal itu dibiarkan, maka tidak mustahil dua jembatan besar yang menghubungkan
Banyumas dan Cilacap itu, juga akan hanyut terbawa arus.

Salah satu jembatan yang telah terkikis bagian pondasinya adalah Jembatan
Soekarno, sehingga jembatan itu kini ditutup. Kendaraan dari arah Cilacap dan
Banyumas yang cukup padat, kini harus lewat jembatan di sampingnya yang dibangun
pada era Orde Baru.

Dana sebesar Rp 10 miliar itu berdasarkan perhitungan para ahli dari Balai
Pengelolaan Sumber Daya Sungai Citanduy dan Serayu. Bila dana tersebut ternyata
masih kurang, maka dilakukan perhitungan ulang. Apalagi proyek tersebut pernah
mengalami musibah, yaitu dengan hilangnya tiang pancang yang baru dipasang,
sebagian disapu banjir Serayu belum lama ini.

Proyek tersebut kini baru mencapai 40 persen, yaitu pembentengan tepian sungai
dengan beton mulai dari badan jembatan Sukarno sampai ke hulu sepanjang 800
meter.

Pembentengan tepian sungai ini, dimaksudkan agar arus sungai tidak berpindah
lagi ke selatan. Sehingga aliran sungai berjalan normal dan tidak mengikis
bangunan pondasi jembatan serta jalan di kedua ujung jembatan yang cukup vital
itu. 


sumber : kopas Suara Pembaharauan

Wednesday, June 23, 2010

Green Jakarta: Great Idea. How Do We Get Some?

Fairly or unfairly, Jakarta is defined by its neighborhood slums, mega-shopping malls and torturous traffic. Little attention is paid to its parks - yes, it has some - or the slowly increasing number of outdoor oases that dot the capital, enabling city dwellers to feel, albeit temporarily, as if they're in a verdant land.

Despite being congested, a magnet for traffic jams and a case study in urban sprawl, Jakarta could be a more pleasant place in the coming decades. The city is promised a green face-lift as part of a 2010-2030 spatial master plan that will see the development of more green area, although just how much is far from clear.

Open space has long been an issue in Jakarta, with environmental and urban-development experts pointing out the obvious: The lack of green makes the city less livable.

"There aren't many city parks or neighborhood parks for families to use for enjoyment and recreation. There are plenty of malls and office buildings, but very few outdoor areas for people to enjoy," said Suryono Herlambang, a spatial-planning expert who heads the Department of Urban Planning and Real Estate at Tarumanagara University in Jakarta.

The push for a greener Jakarta dates back to the rule of President Sukarno. In 1965, more than 35 percent of Jakarta was green space, but this has been in continual decline ever since due to rapid urbanization and population growth. While Indonesia's founding leader was fond of grand monuments and statues, the national and city leaders who followed didn't see open space as a priority. And modern Jakarta's history of urban development - numerous master plans and near-zero implementation - saw potential green areas swallowed up by residential and office developments.

Today, only 9.3 percent of the city's 661,000 square kilometers is classified as green space. That converts to 65 square kilometers, but it's not as big as it sounds: "green space" is defined as both public and private land, meaning household gardens and potted plants in addition to city and neighborhood parks.

"Jakarta has a very limited amount of green area, given the fact that it is overcrowded. There isn't much room to build new green spaces, so we need to look at new ways to develop the ones we already have," Suryono said. "It is not unusual for an overpopulated city like Jakarta to have issues with space, especially green space."

The Jakarta administration says it is working overtime to reclaim natural spaces, including by tearing down 32 gas stations that were allowed to sprout in green-belt areas and snapping up plots of land in about a third of the city's 2,500 neighborhood wards and setting them aside as pocket parks.

"If you want to increase the green areas by 1 percent overall, you have to add 5.6 or 5.7 square kilometers of open space. That is five and a half times the size of Monas," Governor Fauzi Bowo told the Jakarta Globe. "Where do you get it in Jakarta? It is a mission impossible."

The lack of space has contributed to the mall culture that increasingly defines Jakartans' lives. On weekends, and for some during the week, the city's shopping centers are flooded by families, teenagers and anyone else looking for something to do in a cool, clean environment. While convenient, it's not necessarily healthy - or affordable.

Some of Jakarta's more notable green areas are Monas, Taman Suropati, Gelora Bung Karno, Lap Banteng, Ragunan Zoo, Taman Mini Indonesia, Cibubur and a few neighborhood parks in Menteng, Tebet and Srengseng.

But Suryono says more green spaces can be developed if the Jakarta administration and the public are a little more innovative. Urban parks can be built along the water-reservoir areas of Pluit, Sunter, Pulomas, Grogol and Tanjung Duren; green spaces can emerge around riverbanks and football fields.

"I would also like to see more neighborhood parks. They are great for children and families to play and do activities outdoors," Suryono said.

Any chance of turning back the clock, experts say, lies with the 2007 Spatial Planning Law. City planners are now drafting its local regulations, which are aimed at modernizing Jakarta's landscape over the next two decades. Under the 2010-30 master plan, the city is targeting increasing open green spaces from 9.3 percent to 30 percent of the city's area to balance new urban development.

Suryono says the 30 percent target is completely unrealistic because Jakarta is already overcrowded and the amount of preserved green space will depend on the commitment of the city administration. The only solution is starting over in a number of areas, he says.

"Jakarta is an already overpopulated and overcrowded city, and living space is limited, so building a central green space is not a real option," he said. "There is no area big enough in Jakarta to build a central green area, but by ‘restructuring' certain areas we can create integrated green zones to improve the amount of green space available to the public."

Yayat Supriatna, a spatial planner at Trisakti University in West Jakarta, also says increasing green spaces to 30 percent of the city by 2030 is a pipe dream given Jakarta's high population density, which grows by the year. He says urban planning requires considerable foresight and consideration of such factors as population growth, density and movement.

“The problem with urban planning and development in Jakarta is the amount of people living in the city, Yayat said. “Jakarta is handicapped in that respect because there is limited living space and continual urban sprawl. This affects the quality of spatial planning, with more and more people moving to the city.”

Each year, more than 250,000 people move to Jakarta for education and work opportunities. The uncontrolled movement of people puts tremendous pressure on the city's infrastructure and increases the demand for housing, which runs counter to the plan to create more green space.

According to Rachmat Witoelar, a former state minister for the environment, Jakarta was designed to support a population of about a million, but it's now nine times that number.

A recent study by the Economy and Environment Program for Southeast Asia named Jakarta as the most vulnerable city in the region to the impacts of climate change because of its high population density. After the release of the study, Witoelar called for new regulations to stem the tide of migrants coming into the capital each year, saying population density had become an urban-development issue in addition to one of public health.

As part of its goal to increase green space, the Jakarta administration has proposed clearing out illegal squatter communities along rivers and railway tracks and converting the land into parks, gardens and playgrounds. This is easier said than done, of course, for many complex reasons, and activists are already complaining that the communities have not been consulted.

The city itself is also in a bind. It is notoriously difficult to acquire land for any public project, and clearing away squatters for green spaces is certain to result in a tangle of court cases and messy publicity.

The last thing any Jakarta governor wants to see is a pitched battle between public-order officers and local residents over the demolition of a community.

It is just such a nightmare of conflicting claims that resulted in the April rioting that left three dead in Tanjung Priok when officials attempted to clear land designated to be part of an expanded port.

Ubaidillah, a member of the Indonesian Forum for the Environment (Wahli), says the city's spatial master plan is badly flawed in its current form.

"It is not clear how the government plans to go about fulfilling its objectives," he said. "Furthermore, it did not really consult with the community in developing this plan or seek what the communities really want and need."

Jakarta-based nongovernmental organizations also have questioned what will happen to squatters once they are removed. The city has considered relocating them to government-built low-cost housing complexes, but there's resistance among slum dwellers to move too far from their current homes. It also remains to be seen who would fund the new complexes.

"Slum neighborhoods are built in certain areas because those areas are in close proximity to the source of their income," Suryono said. "It's not fair that people live in an area that floods every year, but it's also not fair if they are removed."

While the city's plan has stirred debate among environmental groups about the ethics of removing people to open up more green space, it's not even certain that it will go forward.

"The details of the plan itself are uncertain," Ubaidillah said. "We don't know what the plan is, where the new green spaces will be or who will be affected. This makes it hard for us to react, comment and campaign for a better proposal."

Much of the negative reaction stems from the lack of certainty surrounding the city's draft bylaw, which has been under development for the past year.

"It's not clear what strategy the government is taking to achieve more green space and what these green spaces will actually be used for," Suryono said. "And if the government does build new green spaces, where will these areas be and what will happen to the offices or homes in these areas?"

Ubaidillah argues that the Jakarta administration should be looking to develop other options to create more green space.

"The government should not only be looking to move people and clear already occupied spaces to create more green spaces in Jakarta," he said. "It should also look at buildings and areas breaking environmental rules and pull them in line to meet the green standards and quality expected of a green city."

Green spaces. Everyone loves the concept. But retrofitting this messy city to make it happen seems certain to be one of the largest single challenges ahead.

http://www.thejakartaglobe.com

Friday, June 4, 2010

Prie GS - "Hujan - Hujanan ( bagian 3 )"

Inilah seri terakhir dari tiga bagian kolom ‘'hujan-hujanan'' yang tidak direncanakan. Menulis kolom ini memang jauh dari perencanaan. Karena ide yang tampaknya cuma sekelebat itu, jika dilebarkan, didalamkam, ditinggikan, bisa seluas cakrawala. Begitu juga menyangkut hujan-hujanan yang sedang ingin saya ceritakan ini. Satu hujan bisa dimasuki lewat seribu perasaan.

Friday, May 28, 2010

Prie GS - "Hujan - Hujanan ( bagian 2 )"

Sudah saya ceritakan di kolom terdahulu betapa makin hari, sakit kepala makin sering menghampiri. Seluruh dugaan penyebabnya juga sudah saya utarakan. Bisa karena usia, pola makan dan pola berolah raga, hingga mutu kelakuan saya sebagai manusia. Tetapi karena semua kecurigaan itu memiliki risiko keliru meksipun juga memiliki kemungkinan benar, saya sepakat untuk meringkasnya saja: bahwa yang paling dominan dari itu semua ialah karena saya kurang istirahat dan terlalu banyak berpikir dan bekerja.

Friday, May 21, 2010

Prie GS - "Hujan - Hujanan ( bagian 1 )"

Hari-hari ketika aku menulis kolom ini, adalah hari yang mulai banyak mendatangkan rasa sakit di kepalaku. Penyebab pertama yang mudah kuduga adalah merambatnya usia. Aku pernah ketemu penyair Sutarji Coulzum Bachri bertahun lalu. Ketika kutanyakan apa kabar kepadanya, jawabannya mengesankan hatiku. ‘'Ya jika sudah seumur aku, penyakit mulai datang dari berbagai penjuru,'' katanya saat itu.

Monday, May 3, 2010

Cinta dan Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak : ada CINTA,KESEDIHAN, KEKAYAANKEGEMBIRAAN, dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kesil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak memiliki perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kaki CINTA.



Kasih Sayang , kesuksesan, dan kekayaan

Suatu hari ada seorang wanita baru saja pulang ke rumah, dan dia melihat ada 3 pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka. Wanita itu berkata “ Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk kedalam , aku pasti punya sesuatu untuk mengganjal perut.” Pria berjanggut itu lalu balik bertanya “ Apakah suamimu sudah pulang ?”. Wanita itu menjawab, “Belum, dia sedang keluar”. “Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suamimu kembali” kata pria itu.

Thursday, April 22, 2010

Ikhlas itu indah

Hujan rintik-rintik membasahi bumi, udara berhembus terasa segar. Seorang pemuda telah selesai menunaikan sholat dzuhur berjamaah di masjid. Pandangannya menyapu ke arah halaman masjid, tidak jauh darinya ada seorang perempuan tua yang duduk ditengah lapangan menarik perhatiannya. Tiba-tiba sebuah tas kecil dari tempat nenek itu terbang tertiup angin kencang. Segera pemuda itu memperhatikan teriakan nenek itu minta tolong, ingin tasnya diambilkan.

Tuesday, March 2, 2010

Membangun Motivasi Anak

Dalam kenyataannya ada dua bentuk motivasi, yaitu eksternal dan internal. Yang eksternal datang dari luar diri. Artinya ada orang lain atau situasi yang mendorong seseorang itu melakukan sesuatu. Misalnya orangtua atau guru memaksa anak-siswanya untuk mengerjakan PR atau yang lain. Saat orangtua atau guru tidak ada di sana, si anak cenderung bermalas-malasan atau mengerjakan hal lain yang dia suka. Dengan kata lain, motivasi eksternal tergantung pada situasi dan mood.

Friday, February 26, 2010

Si Tukang Kayu

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Tuesday, January 26, 2010

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Berita Terbaru