Saturday, August 18, 2012

Berzikir Sebanyak-banyaknya Berdoa Sedikit Saja


Suatu ketika Pak Dahlan Iskan (menteri BUMN, red.) bertanya kepada saya: ‘’Apakah di dalam Al Qur’an ada perintah untuk berdoa sebanyak-banyaknya?’’ Saya jawab: ‘’tidak ada. Yang ada ialah perintah untuk BERDZIKIR sebanyak-banyaknya.’’ Rupanya, Pak Dahlan sedang galau tentang banyaknya orang yang sangat suka berdoa, tetapi kurang berusaha. Sehingga, terasa kurang menghargai karunia Allah yang telah diberikan kepada kita untuk bekerja keras dalam menggapai tujuan.

Saya memang tidak menemukan perintah untuk berdoa sebanyak-banyaknya itu. Bahkan para nabi dan rasul beserta para pengikutnya yang sedang berjuang menegakkan agama Allah pun ketika sedang menghadapi masalah tidak diperintahkan untuk berdoa, melainkan disuruh banyak-banyak berdzikir.‘’Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah menyebut (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu memperoleh kemenangan.’’ [QS. Al Anfaal (8): 45].

Friday, August 17, 2012

Ramadan Berakhir Jum'at Kenapa Sholat Idul Fitri Minggu


Saya masih merasa gundah dengan sejumlah pertanyaan dari para sahabat saya tentang awal Ramadan dan Awal Syawal. Sungguh kasihan menyaksikan mereka kebingungan memahami ‘fenomena’ penetapan waktu ibadah yang berbeda itu. Dan, lebih kasihan, karena ternyata kebingungan tersebut terulang lagi saat menyongsong datangnya Idul Fitri. Karena itu, saya ingin berbagi pemahaman lebih jauh tentang hal ini.

‘’Saya benar-benar bingung mas Agus. Awal Ramadan bingung, akhir Ramadan juga bingung. Saya takut berdosa, karena melakukan ibadah tanpa mengetahui ilmunya. Bukankah Al Qur’an mengajari agar kita punya alasan yang jelas dalam menjalani agama ini?’’ Kata kawan saya memulai ‘curhat’nya, sambil mengutip QS. 17: 36. ‘’Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’’

Wednesday, August 15, 2012

Fase Lenyap Setelah Alam Akhirat


Segala sesuatu ini muncul dari ‘ketiadaan’ dan bakal kembali kepada ‘ketiadaan’. Dalam istilah Al Qur’an, kalimat yang sering kita dengar itu berbunyi: inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun – sesungguhnya (semua ini) milik Allah, dan bakal kembali kepada-Nya.’’ Ternyata, drama kehidupan manusia, menurut Al Qur’an, melewati lima fase: dari tiada menuju tiada kembali.

Dalam konteks pengetahuan manusia yang terbatas, keberadaan ‘sebelum ada’ itu disebut sebagai ‘ketiadaan’. Belum eksis, bahkan tidak eksis. Dan sesudah drama kehidupan ini selesai, kita juga bakal kembali tidak ada, alias kehilangan eksistensi kembali. Sebuah ‘kehilangan’ yang sebenarnya tidak pantas kita sebut kehilangan, karena memang kita tidak pernah memilikinya. Sejak awal kita sudah tidak ada, sebab yang ada itu memang hanya Dia: Allah azza wajalla.

Beragama Tak Cukup Hanya Bermodal Iman


Keimanan adalah level paling dasar dalam menjalani proses beragama. Orang beragama yang tidak beriman bisa dimaknai sebagai belum beragama dalam arti yang sesungguhnya. Barangkali hanya formalitas belaka, semisal hanya Islam KTP dan pakaiannya saja. Berislam dengan cara demikian tentu bukanlah yang dimaksudkan oleh Al Qur’an Al Karim. Karena, ‘Islam’ itu bermakna proses berserah diri hanya kepada Allah Tuhan Semesta Alam.
                 
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena IMAN itu BELUM MASUK ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [QS. Al Hujuraat: 14]

Tuesday, August 14, 2012

Jangan Beriman Hanya Karena Kata Orang


Keimanan yang diperoleh dengan mudah, akan runtuh dengan mudah. Sebaliknya, keimanan yang diperoleh dengan perjuangan dan proses yang panjang, akan berakar kokoh di dalam sanubari. Tak mudah tergoyahkan, tak mudah dibeli, atau apa lagi diruntuhkan. Ia seperti pohon yang akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah, dan cabang-cabangnya menjulang ke langit. Begitulah Al Qur’an memberikan perumpamaan.
                 
‘’Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.’’ [QS. Ibrahim: 24]

Monday, August 13, 2012

Alloh pun Tak Mau Memaksa


Betapa kelirunya jika kita beragama dengan cara memaksa. Karena, ternyata Allah pun tak mau memaksa seseorang dalam menjalankan agamanya. Semua harus berangkat dari kesadaran, bukan dari keterpaksaan. Sehingga, proses spiritualitas seseorang dalam meningkatkan kualitas beragamanya adalah seiring dengan proses meningkatnya kesadaran dan berserah diri kepada-Nya. Bukan membesarnya rasa keterpaksaan dalam menjalankan ibadah.

Beragama dengan cara terpaksa adalah percuma. Dia tidak akan pernah berserah diri kepada-Nya, melainkan malah memupuk rasa keingkaran dalam jiwa. Tentu saja ini berlawanan dengan kata ‘Islam’ yang bermakna berserah diri hanya kepada Allah. Sungguh, kualitas berserah diri itu tidak akan pernah bisa dicapai oleh orang-orang yang merasa terpaksa dalam beragama. Keberserah-dirian hanya bisa dicapai oleh orang menjalaninya dengan keikhlasan, kesabaran, ketaatan, dan pengorbanan.

Sunday, August 12, 2012

Pamer Kecanggihan


3 Orang tengah terdiam menikmati kehangatan sauna, yaitu orang dari Amerika, Jepang dan Indonesia. Keheningan didalam ruangan sauna dipecahkan oleh bunyi, ..bip,...bip,....bip... Orang Amerika membuka telapak tangan kirinya, dan membaca tulisan yang tertulis ditelapak tangannya itu. Dua rekan se 'sauna' nya dengan kagum melihat tulisan yang muncul ditelapak tangan orang Amerika tersebut.
"Oh, telapak tangan saya telah ditanamkan chips, saya dapat langsung menerima pesan SMS tanpa alat , SMS nya langung tampil ditelapak tangan saya,..." ujar si Amerika ketika melihat kedua rekannya bengong.
Sesaat kemudian terdengar dering telepon, orang Jepang mengangkat tangan kanannya, jempol didekatkan ke telinga sedangkan jari kelingking kebibirnya, "Oh maaf, saya terima telepon dulu, tangan saya sudah berisi chips, saya dapat menerima dan berbicara melalui 2 jari saya tanpa menggunakan HP" kata si Jepang.
Melihat semua itu, orang Indonesia mulai gugup, Apa yang bisa saya tunjukkan untuk mengalahkan orang orang ini? pikirnya. Karena stress, keinginannya untuk buang air besar tidak tertahankan lagi.
Usai buang air, dia kembali lagi ke ruang sauna, tetapi karena tidak biasa membasuh bokongnya dengan kertas toilet, seuntai kertas toilet masih berjuntai di belahan bokongnya.
Dengan keheranan orang Jepang dan orang Amerika menunjuk ke untaian kertas 'sisa' tsb dan berkata: "Kertas apa itu yang tergantung dibokong anda...?"
"Oh maaf, saya baru terima Fax.." jawab orang Indonesia tersebut.

sumber : klik disini

Memahami Al Quran Jangan Sepotong Sepotong


Banyak diantara umat Islam yang memahami informasi Al Qur’an secara sepotong. Cara demikian sangat berbahaya dan bisa menyesatkan. Apalagi jika lantas didoktrinkan kepada orang awam, hasilnya bisa memunculkan berbagai penyimpangan dalam beragama. Mulai dari yang bersifat keyakinan personal, mencari pembenaran terkait dengan kepentingan terselubung, sampai pada meluasnya radikalisme yang kebablasan.

Bagi saya, ayat-ayat Al Qur’an itu mirip dengan potongan puzzle yang dipisah-pisahkan, sehingga belum memberikan kesimpulan gambar utuh jika hanya dipahami sepotong. Atau, mirip cerita tujuh orang buta yang ingin memahami gajah. Dimana setiap orang buta itu, karena keterbatasannya, hanya bisa memahami sejauh yang bisa dirabanya. Karena itu, mereka lantas berselisih pendapat tentang bentuk gajah.

Saturday, August 11, 2012

Nabi Yang Ummi Itu Pun Menjadi Ilmuwan Jenius


Al Qur’an adalah kitab petunjuk yang sangat hebat. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mulai dari ilmu sastra, filsafat, ekonomi, politik, sains, sampai teknologi. Hanya orang-orang yang berakal saja yang bisa menggali ilmu-ilmu itu untuk diterapkan dalam kehidupannya.

Nabi Muhammad adalah contoh konkret hasil dari pendidikan Allah lewat Al Qur’an Al Karim. Sehingga, beliau dikenal juga sebagai ‘Al Qur’an Berjalan’. Itu dikatakan oleh isteri beliau Siti Aisyah, bahwa akhlak dan perilaku beliau adalah Al Qur’an itu sendiri. Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia yang sudah menjalankan dan meneladankan seluruh isi Al Qur’an yang berjumlah 6.236 ayat itu.

Friday, August 10, 2012

Al Quran Kitab Suci Masyarakat Modern


Bulan Ramadan adalah bulan turunnya Al Qur’an. Inilah kesempatan kita untuk mengenal kitab suci yang ajaib ini lebih mendalam. Sebuah kitab yang sangat sesuai dengan kondisi masyarakat modern. Apakah tanda-tandanya bahwa kitab ini cocok bagi peradaban akhir zaman?

Yang pertama, inilah kitab suci yang sejak awal sudah punya perhatian besar pada budaya baca tulis. Karena itu, sejak awal turunnya di gua Hira’ , Al Qur’an sudah mengedepankan budaya membaca. Dan itu diabadikan oleh Allah di dalam Al Qur’an. ‘’BACALAH dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq (embrio). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan PENA. Dia mengajari manusia segala apa yang tidak diketahuinya.’’ [QS. Al ‘Alaq: 1-5].

Thursday, August 9, 2012

Energi Al Quran Bisa Menghancurkan Gunung


Banyak umat Islam yang memperlakukan Al Qur’an dengan salah kaprah. Sehingga, kitab suci yang amat hebat ini tidak ditempatkan atau difungsikan sebagaimana mestinya. Kesalah-kaprahan itu semakin terlihat di bulan suci Ramadan. Sebuah bulan dimana kandungan hikmah Al Qur’an – yang masih berada di Lauh Mahfuzh – itu diturunkan ke Bumi.

Saya sering menyebutnya dengan istilah ‘umat Islam jauh dari Al Qur’an’. Meskipun, secara fisik kitab suci itu dibawa kemana-mana. Seorang kawan saya protes dengan istilah ‘jauh dari Al Qur’an’ itu. ‘’Saya ini dekat mas dengan Al Qur’an. Setiap saat kitab suci ini tak pernah jauh dari saya. Selalu saya bawa kemana pun saya pergi.’’

Wednesday, August 8, 2012

Mencegat Lailatul Qadr

Lailatul Qadr adalah puncak puasa Ramadan. Hampir semua umat Islam yang paham tentang ilmu puasa mengharapkan bisa bertemu dengan malam yang mulia dan penuh berkah itu. Masjid-masjid di berbagai kota di Indonesia maupun belahan dunia dipenuhi orang-orang yang beriktikaf demi memenuhi harapan untuk bertemu Lailatul Qadr yang penuh hikmah.

Malam yang diceritakan Al Qur’an memiliki kualitas lebih dari seribu bulan itu, kata Rasululah SAW selalu hadir di sepuluh hari terakhir puasa. Karena itu sejak memasuki hari ke-21 sampai menjelang Idul Fitri umat Islam berlomba-lomba beriktikaf memusatkan perhatian kepadanya. Konon ada yang meyakini malam itu bakal datang di hari-hari ganjil: 21, 23, 25, 27, dan 29. Sehingga tak jarang memunculkan keinginan mencegatnya hanya di malam-malam ganjil itu. Meskipun banyak juga yang tak mau main cegat-cegatan, mengikhlaskan iktikaf karena Allah semata, sepanjang hari-hari terakhir Ramadan.

Tuesday, August 7, 2012

Kenapa Di Mesir & Arab Tak Ada Nuzulul Qur’an


Tanpa terasa bulan Ramadan sudah berada di pertengahan. Di sekitar tanggal 17 Ramadan umat Islam Indonesia banyak yang memperingati Nuzulul Qur’an. Bukan hanya di masjid dan komunitas-komunitas pengajian, melainkan sampai ke berbagai lembaga dan instansi, bahkan istana negara. Namun, yang membuat saya merasa aneh, peringatan Nuzulul Qur’an itu tidak terdapat di Mesir dan berbagai negara Arab, termasuk Saudi Arabiya.

Bagi yang pernah berumrah di bulan Ramadan, mestinya mengetahui hal itu. Tidak ada peringatan Nuzulul Qur’an di Mekah maupun Madinah. Demikian pula bagi yang pernah berkunjung ke Mesir dan negara-negara Arab lainnya, tidak menemukan adanya peringatan turunnya kitab suci tersebut. Kalaupun ada, sebagaimana saya lihat di Mesir, juga dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Jadi, peringatan 17 Ramadan sebagai Nuzulul Qur’an itu rupanya khas Indonesia.

Monday, August 6, 2012

Berpuasa Menyongsong Turunnya Al Quran

Kenapakah umat Islam menjalankan puasa di bulan Ramadan? Apakah penyebabnya? Seorang kawan menjawab: ‘’supaya kita menjadi orang yang bertakwa’’. Ia pun lantas mengutip QS. Al Baqarah: 183: ‘’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu AGAR kamu BERTAKWA.’’

Saya katakan, jawaban itu belum tepat. Karena ‘agar bertakwa’ itu bukan ‘penyebab’. Melainkan ‘akibat’. Jika kita berpuasa dengan baik dan benar, akibatnya kita akan menjadi orang yang bertakwa – memiliki kontrol diri yang bagus.

Kawan saya lainnya ikutan menjawab: ‘’supaya menjadi sehat.’’ Dia pun mengutip hadits Rasulullah SAW: Shuumu tashiihu – berpuasalah maka kamu bakal sehat. Saya katakan lagi, ‘’supaya sehat’’ itu pun bukan ‘penyebab’, melainkan ‘akibat’. Siapa saja berpuasa dengan baik dan benar, insya Allah, (akibatnya) dia akan menjadi lebih sehat.

Keduanya – takwa dan sehat – adalah akibat dari berpuasa, karena menggunakan kata sambung ‘agar’ dan ‘supaya’. Ada hal lain yang menjadi penyebab utama kenapa umat Islam disuruh berpuasa pada bulan Ramadan. Yakni, disebabkan oleh turunnya al Qur’an sebagai petunjuk di dalam bulan suci itu. Dasar ayatnya adalah QS. Al Baqarah: 185.

Sunday, August 5, 2012

Didalam Surga dan Neraka Selama Milyaran Tahun


Hanya orang-orang yang layak masuk surga saja yang bakal masuk surga. Dan hanya mereka yang pantas masuk neraka sajalah yang bakal masuk neraka. Allah tidak pernah menganiaya atau merugikan hamba-hamba-Nya sedikit pun. Begitulah, Firman Allah di dalam kitab suci-Nya.

Surga dan neraka itu diberikan Allah sebagai balasan atas perbuatan kita selama hidup di dunia. Dan semua itu, bukan ditentukan dengan sewenang-wenang. Melainkan berdasarkan hisab atas segala amalan yang tercatat di dalam rekaman sejarah hidup kita. Tidak ada yang disembunyikan sedikit pun, walau hanya sebesar partikel sub atomik. Diistilahkan dengan ditegakkan-Nya mizan alias timbangan keadilan.

Saturday, August 4, 2012

Rekaman Itu Diputar di Hari Pengadilan


Al Qur’an bercerita tentang adanya hari pengadilan kelak. Saat itu manusia akan menerima balasan atas segala kebaikan maupun kejahatannya. Dalam cerita klasik, kita diberi gambaran tentang proses pengadilan yang berjalan secara manual. Didatangkan saksi-saksi, dan diberikan buku amalannya, serta dikalkulasi neraca pahala dan dosanya.

Namun kalau kita mau mencoba memahaminya secara saintifik, kita bakal memperoleh gambaran yang lebih menakjubkan terhadap peristiwa itu. Bahwa pengadilan itu akan berlangsung dengan sangat modern, dikarenakan adanya rekaman alam semesta terhadap segala perbuatan kita. Seluruh rekaman perbuatan kita bakal diputar ulang untuk kita saksikan sendiri. Baik yang ada di dalam otak kita, di untaian genetika sel-sel kita, maupun di alam semesta.

Friday, August 3, 2012

Ketika Alam Merekam Perbuatan Manusia


Saat kecil, guru mengaji saya menceritakan bagaimana caranya malaikat Raqib dan Atid mencatat perbuatan manusia. Kedua malaikat itu, konon duduk di pundak kanan dan pundak kiri. Raqib mencatat segala amal kebajikan kita, sedangkan Atid mencatat perbuatan buruk. Kelak, kedua buku  catatan itu akan diserahkan kepada Allah saat hari pengadilan.

Maka, tak terhindarkan, sejak itu saya selalu membayangkan ada makhluk seperti manusia yang sedang menduduki kedua belah pundak saya sambil membawa buku catatan dan ballpoint. Setiap orang punya dua malaikat, sehingga jumlah malaikat Raqib dan Atid itu sedemikian banyaknya. Sebanyak manusia yang pernah hidup di Bumi.

Thursday, August 2, 2012

Sehari Setara Dengan Lima Puluh Ribu Tahun


Perhitungan waktu sangat bergantung kemana kita menyandarkan pedoman. Apakah berpatokan kepada Bulan, ke Matahari, ke Planet, atau benda-benda langit lainnya. Di era modern, perhitungan waktu sudah disandarkan kepada jumlah getaran atom. Sehingga disepakati, satu detik adalah setara dengan getaran atom Caesium-133 sebanyak  9.192.631.770 kali. Maka panjangnya waktu semenit, sejam, sehari, sebulan dan setahun adalah perkalian dari ukuran paling dasar ini.

Dengan menggunakan jam atomik, kita tidak bingung lagi menetapkan panjang waktu dimana pun berada. Jangankan hanya lintas benua, pergi keluar angkasa pun kita tetap bisa menggunakan patokan waktu itu untuk menandai berbagai kegiatan, termasuk ibadah shalat dan puasa. Besaran waktu mutlak alam semesta telah bisa diterjemahkan ke dalam waktu digital. Ini akan semakin mempermudah interaksi manusia dalam jarak jauh, dengan akurasi sampai sepersekian detik. Bukankah kalender dan jam memang diciptakan untuk memudahkan manusia melakukan interaksi, dan bukan untuk mempersulit serta memunculkan masalah baru?

Wednesday, August 1, 2012

Silaturahmi atau Silaturahim?



Silaturahmi suatu perbuatan yang dianjurkan oleh agama, terlebih dalam agama Islam. Hal itu sebagaimana dalam Alquran surat Annisa ayat 1 yang artinya,”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Demikian pula di dalam beberapa hadis terdapat anjuran untuk melaksanakan silaturahmi. Salah satunya seperti hadis berikut yang artinya,

“Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Ketika Bulan Berputar 12 Kali Dalam Setahun


Kalender-kalender besar seperti kalender Masehi, Cina dan Hijriyah semuanya sepakat, bahwa satu tahun berisi 12 bulan. Meskipun, dulunya kalender Masehi pernah hanya berisi 10 bulan, di zaman Romawi. Tetapi karena ‘kekacauan’ sistem penanggalannya, kalender ini pun lantas menggenapkan jumlah bulannya menjadi dua belas seperti sekarang.

Kalender Masehi dikenal sebagai kalender yang berbasis pada gerakan semu matahari. Yang kemudian diketahui sebagai gerak planet bumi berkeliling matahari sebagai pusat tatasurya. Satu putaran Bumi mengelilingi matahari itu adalah 365,25 hari, yang kemudian disebut sebagai satu tahun. Namun dalam prakteknya, satu tahun hanya berisi 365 hari. Sisanya yang 0,25 hari dikumpulkan setiap empat tahun sekali menjadi tanggal 29 Februari. Dikenal sebagai tahun kabisat.

Berita Terbaru