Thursday, April 5, 2012

Buku Kontroversi,"Berdoa atau Menyuruh Tuhan"

Buku ini diawali dengan sebuah prosa panjang berjudul “Mulai Tak Percaya Tuhan?”. Di alamnya, Agus Mustofa menyinggung perilaku kebanyakan manusia yang begitu banyak berdoa dan meminta kepada Tuhan, tapi apa yang dia lakukan dalam kesehariannya tidak sejalan dengan isi doanya. Dan tepat di bagian akhir prosa tersebut, ada kalimat-kalimat yang lumayan menohok bagi saya….
Kau minta surga
Padahal perbuatanmu mengarah ke neraka
Salahkah Tuhan
Kalau doamu tak dikabulkan?
Dia adalah Dzat Yang Maha Pemurah
Yang selalu mengabulkan doa
Dan tak pernahmengecewakan hambaNya
Asalkan mengikuti caraNya
*****
Kemudian secara garis besar, pemaparan dalam buku ini dibagi ke dalam tiga bagian.

1. Salah Kaprah dalam Berdoa

Banyak dari kita dan orang-orang di sekitar kita yang berdoa hanya sekedar berdoa, tanpa mengerti hakikat dari doa itu sendiri. Tak ubahnya seperti membaca mantra. Maka doa terasa seperti hafalan yang dibaca berulang-ulang sehabis sholat, membuat kita lama kelamaan jadi bosan. Apalagi jika sekedar mengaminkan doa yang diucapkan oleh imam atau ustadz pada waktu doa bersama tanpa mengerti isi doa tersebut. Padahal doa bukan sekedar hafalan, bukan pula rutinitas yang menjadi kewajiban. Tapi doa adalah kebutuhan dan jeritan hati bagi yang sedang dirundung masalah, sedang dibelit persoalan, dan sedang butuh pertolongan. Jadi, bagaimana mungkin seseorang berdoa tanpa menjiwai isi doanya? Orang yang demikian adalah orang yang lalai dari doa yang diucapkannya.

Adapula anggapan bahwa agar keinginan kita cepat dikabulkan oleh ALLAH, kita harus banyak-banyak berdoa dengan serentetan doa yang panjang, dan sangat detail, minta ini, minta itu. Tidak sepenuhnya salah memang. Tapi terlalu banyak meminta pada Tuhan seperti ini kadang menjadikan kita makhluk yang manja, malas berusaha dan bekerja keras. Wong, mau apa saja,tinggal minta pada Tuhan…. Padahal dalam Al-Qur’an sendiri kita diperintahkan untuk lebih banyak berdzikir daripada berdoa. Dan yang paling utama adalah bekerja keras. Selain itu, berdoa seperti ini membuat kita selalu merasa diri kurang, padahal bukankah ALLAH selalu melimpahkan nikmatNya kepada hambaNya, bahkan sebelum kita memintanya? DIA mendengar jeritan hati hambaNya, bahkan sebelum doa terucap dari lisan kita. Maka doa yang lebih pendek tapi efektif itu memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Kita tidak cengeng dalam berdoa, tapi juga tidak mengurangi rasa ketergantungan kepada ALLAH. Berdoapun semestinya lebih bersifat introspeksi diri: memohon ampunan atas segala kebodohan, mohon diteguhkan pendirian dan petunjuk untuk diberikan yang terbaik dalam hidup kita. Sebab pada hakikatnya, segala kebutuhan dasar kita telah tersedia di muka bumi untuk seluruh manusia. Tinggal bagaimana kita berjuang dan berusaha meraihnya.
Dan kesalahkaprahan yang paling fatal adalah doa dijadikan sebagai ladang bisnis, menganggap bahwa doa adalah sesuatu yang bisa diperjualbelikan. Maka merekapun membayar kiayi, ustadz ataupun santri untuk mendoakannya. Adapula yang sampai berutang demi jauh-jauh berziarah ke makam yang dianggap sakral hanya untuk berdoa. Dan anggapan bahwa berdoa di tempat-tempat tertentu jauh lebih mustajab. Buku ini memberikan pencerahan untuk kembali memperbaiki pemahaman tauhid kita. Berdoa itu tidak perlu memakai perantara dan media apapun. Tidak perlu menyuruh bahkan membayar orang lain mendoakan kita, mintalah langsung kepadaNYA, di manapun dan kapanpun ALLAH pasti mendengarkan doa kita. Karena sesungguhnya ALLAH itu dekat, Dia Maha Pemurah lagi Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan.



2. Berdoa ataukah menyuruh Tuhan?

Seringkali manusia tidak menuhankan Tuhan seperti yang seharusnya. Tapi hanya menjadikan Tuhan sebagai ‘pelengkap derita’ dalam hidupnya. Mengingat Tuhan hanya ketika sedang dilanda kesusahan dan mengharapkan pertolonganNya untuk mengeluarkannya dari segala persoalan hidup yang sedang menghimpit. Berdoa kepadaNya, meminta ini itu dengan kata perintah sepertinya ALLAH harus melakukan apa yang disuruhkan. Jika doanya tak kunjung dikabulkan, maka dia mulai meragukan kebaikan Tuhan.

Tidakkah semestinya kita merasa sungkan dan malu kepada ALLAH? Bukankah ALLAH sudah begitu banyak melimpahkan rahmatNya kepada kita hingga detik ini? Mestinya kita berusaha keras dan memaksimalkan semua potensi yang ada pada diri kita untuk mencapai apa yang kita inginkan . Bukan dengan memerintah ALLAH.
ALLAH memerintahkan kita untuk berjuang sekuat tenaga, berjihad dengan segala karunia yang dilimpahkanNya. Dan akhirnya bertawakal, menyerahkan semuanya padaNya. Senantiasa bersyukur dan berdzikir mengagungkaNya. Jika pun kita membutuhkan pertolonganNya, mintalah dengan rasa takut dan penuh harap. Jadikan doa kita sebagai ungkapan ketakberdayaan, bahwa ALLAH-lah satu-satunya tempat bergantung dan hanya kepadaNyalah kita berserah.
3. Lima Tingkatan doa
• Berdagang dengan ALLAH
Tingkatan ini adalah doa yang paling rendah, doa yang berdagang dengan ALLAH. Karena merasa sudah melakukan banyak amal kebaikan dan menjauhi larangan, maka dirinya merasa layak meminta apa saja padaNya, bahkan membeli surga. Orang seperti ini memandang ALLAH tidak ubahnya seperti partner bisnis untuk melakukan transaksi jual-beli.
• Menuhankan ALLAH
Doa ini menempatkan ALLAH sebagai Tuhan tempat bergantung segala masalah kehidupannya. Bahwa hanya ALLAH-lah satu-satunya pelindung dan tempat memohon pertolongan.
• Minta dipilihkan yang terbaik
Doa pada tingkatan ini adalah doa yang disertai dengan rasa malu pada ALLAH. Tidak berdagang dan tidak pula meminta-minta semau-maunya. Tapi berdoa dengan mengingat bahwa sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Pemurah. ALLAH mengerti apa yang dibutuhkan oleh hambaNya, dan Dia pasti memberikan yang terbaik. Maka doa pada tingkatan ini bersifat berserah diri pada ALLAH, meminta yang terbaik bagi dirinya. Apa yang dibutuhkannya, bukan sekedar apa yang diinginkannya.
• Mensyukuri nikmat
Doa ini adalah doa orang yang bijak, yaitu orang yang ketika berdoa tidak menyuruh Tuhan, melainkan berterima kasih kepada ALLAH. Ia tahu bahwa ia tak perlu meminta ini itu karena dengan berterima kasih dan bersyukur kepadanya pun, ALLAH senantiasa akan menambahkan kenikmatan dan kebahagiaan dalam hidupnya.
• Berbuat Seperti ALLAH
Doa ini adalah tingkatan yang paling tinggi, doa orang yang selalu merasa dekat dengan ALLAH. Ia telah berdoa dengan bersyukur dan berbuat baik di jalanNya. Hatinya hanya dipenuhi keinginan untuk melakukan amal kebajikan sebanyak-banyaknya sebagaimana ALLAH telah berbuat baik kepadaNya.
Dan pada akhirnya, kita sampai pada kesimpulan bahwa doa itu tidak hanya sekedar meminta ini itu kepada Tuhan, tapi lebih banyak bersyukur dan berbuat baik sebagaimana ALLAH berbuat baik kepada hambaNya. ALLAH lebih menekankan untuk berusaha dan bekerja keras sembari senantiasa mengingatNya, daripada sekedar berdoa tanpa diiringi usaha. Wallahu a’lam bisshawab…

sumber : klik disini

3 comments:

  1. buku ini bagus buat saya, bahasa yang sederhana dan mudah dicerna sehingga dapat menambah wawasan saya yang Islam KTP

    ReplyDelete
  2. Wah...wah...ini ni mengklasifikasikan orang berdoa, tapi ga sempurna. Coba simak semua doa-doa Rasulullah, buka lagi buku-buku haditsnya.

    ReplyDelete
  3. bagus...aku setuju...jangan cuman bisa doa(minta)....datang pas perlu doang

    ReplyDelete

Jadilah anda yang pertama

Berita Terbaru