Tuesday, May 31, 2011

Dua Hektare Tanaman Mati Dieng Siaga Darurat

BANJARNEGARA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan status siaga darurat menyusul peningkatan status Gunung Dieng menjadi Siaga Level III dari sebelumnya Waspada.
Masyarakat diminta tidak nekat mendekati kompleks kawah agar tragedi Sinila pada Maret 1979 tidak terulang.
Kasubdit Perencanaan Darurat pada BNPB, Eko Budiman, saat berada di posko pemantauan di Kecamatan Batur, kemarin mengatakan,status siaga darurat ditetapkan karena sudah ada pengungsi dan kepanikan dari warga akibat peningkatan vulkanik di Gunung Dieng.

Pada tahap ini, petugas atau relawan disiagakan penuh untuk mengantisipasi berbagai hal, termasuk pula hal yang paling dikhawatirkan, yakni semburan gas CO2 yang mematikan. Karena itu, penanganan warga di sekitar Kawah Timbang akan menjadi prioritas penyelamatan. Pihaknya juga akan terus memantau perkembangan status Gunung Dieng. ”Ancaman gas beracun seperti ini memang hanya terjadi di Gunung Dieng. Gunung api lain pada umumnya hanya mengeluarkan larva dan juga awan panas,” jelasnya.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, Tunut Pujiarjo mengatakan, kandungan atau konsentrasi gas CO2 di Kawah Timbang cenderung mengalami peningkatan dan jauh di atas batas aman, sehingga memang sudah harus diwaspadai. Sedangkan intensitas kegempaan yang terjadi, justru mengalami penurunan dibandingkan hari sebelumnya.
Dari pantauan Suara Merdeka di Desa Sumberejo sepanjang hari kemarin, pemukiman warga di dua dusun yang terdekat dengan lokasi kawah, yakni Dusun Simbar dan Serang, nampak sepi. Warga masih mengungsi di 17 lokasi pengungsian yang tersebar di berbagai wilayah. Data dari Satkorlak bencana di Posko Gunung Dieng yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Batur, tercatat jumlah pengungsi mencapai 603 orang.
Di dua dusun tersebut hanya terlihat puluhan pemuda dan orang dewasa yang siaga di beberapa titik untuk menjaga kondisi dan keamanan tempat tinggal mereka. Belasan warga juga masih berada di titik terakhir pemukiman, sekitar 1,5 km dari Kawah Timbang untuk melihat aktivitas kawah tersebut.
Kawah Timbang, yang berjarak sekitar 3 km dari Kawah Sinila yang pernah menyemburkan gas beracun pada 1979, beberapa kali mengeluarkan asap berwarna putih ke arah selatan. Warga sempat khawatir karena beberapa saat mendung disertai kabut yang menutupi kawah Timbang sehingga menghalangi pandangan ke kawah tersebut.
Menurut sejumlah warga, jika mendung dan berkabut justru sangat membahayakan karena sangat dimungkinkan gas CO2 ikut turun dan bisa terhirup warga. “Berbeda jika ada panas matahari. Gas CO2 akan langsung hilang begitu terkena sinar matahari, sehingga tidak membahayakan,” kata Suripto, warga Dusun Simbar, Desa Sumberejo, Kecamatan Batur.
Rusak Tanaman
Pejabat sementara Kepala Desa Sumberejo, H Ibrahim mengatakan, meningkatnya kandungan gas CO2 di Kawah Timbang setidaknya sudah merusak dua hektare tanaman milik warga yang berada tepat di sekitar kawah itu. Sedangkan 150 hektare lahan pertanian juga terancam mati jika gas CO2 benar-benar menyembur dan turun ke lahan pertanian.
Dia mengimbau warga untuk tidak pergi ke ladang selama peningkatan aktivitas vulkanik di Kawah Timbang. Namun, tetap saja ada warga yang nekat pergi ke ladang, dengan sejumlah alasan.
Sekretaris Satkorlak Bencana Kabupaten Banjarnegara, Dwi Suryanto mengatakan, besar kemungkinan pihaknya akan mengevakuasi warga masyarakat terutama di dua dusun terdekat yakni Simbar dan Serang.
Dandim 0704/Banjarnegara Letkol Inf Putra Jaya saat berada di Koramil Batur mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah evakuasi warga di Desa Sumberejo. Warga yang masuk dalam area berbahaya pada radius 1 km juga diminta untuk menjauhi Kawah Timbang, dan mengungsi ke lokasi pengungsian yang sudah disediakan.
Tidak Berbau
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berpusat di Bandung, Jawa Barat, telah mengeluarkan larangan mendekati Kawah Timbang dalam radius 1 km. Hal itu karena dikhawatirkan gas beracun akan menyembur dari kawah tersebut.
“Dibanding gunung api lainnya, kegiatan paling berbahaya dari Dieng adalah gas beracunnya. Apalagi sifat gas yang tidak tampak dan tidak berbau,” jelas Kabid Evaluasi Potensi Bencana PVMBG, Gatot M Sudrajat, di Bandung, Senin (30/5).
Dia mengingatkan, peristiwa Sinila tercatat memakan korban hingga 149 jiwa. Ketika itu korban jiwa terjadi karena korban dan para penolong tidak mengetahui kondisi ancaman. “Gas CO2 itu berat jenisnya lebih berat dari oksigen, sehingga mengendap di bawah. Jadi, karena melihat korban tergeletak, ketika hendak menolong, para penolong membungkuk dan gas itu terhirup, penolong pun ikut jadi korban,” tuturnya.
Jenis ancaman bencana gas beracun ini pun sangat berbeda dengan bencana lainnya. Hal itu karena gas beracun yang keluar dari kawah tidak bisa dilihat oleh mata, sehingga sangat berbahaya dan harus benar-benar diwaspadai oleh masyarakat.
Menurut Gatot, jarak permukiman dengan kompleks kawah sebenarnya relatif jauh. Namun, warga memiliki lahan berladang yang mendekati kawah. Kondisi inilah yang perlu menjadi perhatian karena menjadi kegiatan rutin mereka.  Dia mengingatkan aktivitas kegempaan yang ikut meningkat di Dieng. Gempa-gempa yang berlangsung bisa membuka rekahan kawah, sehingga gas berbahaya itu mudah keluar.
Meski susah dikenali, Gatot meminta warga di sekitar Dieng mengamati fenomena alam yang bisa dijadikan panduan. Salah satunya, binatang hutan yang mati. Kondisi ini menandakan gas telah menyentuh lokasi tersebut. Lebih baik, warga segera menjauhi area tersebut untuk keselamatan. ”Kami telah melakukan sosialisasi bahaya Dieng pada aparatur pemerintahan setempat pada Mei 2010,” katanya.
Dengan langkah tersebut, pihaknya berharap aparat paham guna mengambil langkah-langkah yang diperlukan terhadap masyarakat sebagai respons atas situasi saat ini. Dia mengharapkan, mitigasi yang ditempuh bisa lebih optimal. “Seharusnya, mereka sudah siap menghadapinya,” katanya.
Berdasarkan laporan kenaikan status Dieng menjadi siaga, PVMBG menyatakan bahwa aliran gas Kawah Timbang adalah sejauh 50 meter ke arah selatan pada Minggu (29/5), pukul 06.00-16.14 WIB. Pengamat PVMBG kemudian melakukan pengecekan dengan menggunakan
masker. Tumbuhan tampak kering, dan burung didapati mati terkena cengkeraman gas.
Untuk mengecek lebih detail area paparan gas, petugas menggunakan kelinci sebagai pendeteksi. Hasilnya, kelinci masih hidup. Gas pun dinyatakan belum mencapai Jembatan Sumberejo.
Selanjutnya, pemantauan aktivitas Dieng dilakukan secara intensif oleh Tim Tanggap Darurat PVMBG. Mereka juga telah melakukan koordinasi dengan BNPB, BPBD Jateng dan Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, dan Batang, serta pihak terkait.
PVMBG meminta masyarakat tetap tenang, dan tidak terpancing isu-isu tidak jelas terkait aktivitas Gunung Dieng. Masyarakat dapat menjadikan Pos Pengamatan Gunung Api Dieng di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur, Banjarnegara, sebagai rujukan informasi yang akurat.
Dosen Teknik Geologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Mochammad Aziz ST MT mengatakan, dari delapan kawah yang ada di dieng, tiga kawah yang paling aktif, yaitu Kawah Wileri, Timbang dan Sinila.
Aktivitas Kawah Timbang saat ini, lanjutnya, dipengaruhi oleh tekanan magma dari bawah (magma fugasiti). Hal itu yang menyebabkan terjadinya gempa vulkanik dan tektonik, namun kekuatannya dinilai masih kecil, 1-3 Skala Richter. “Gempa inilah yang mengakibatkan terjadinya retakan-retakan tanah. Melalui celah-celah inilah, gas keluar ke permukaan,” katanya.
Diminta Siaga
Sementara itu, Gubernur Jateng Bibit Waluyo meminta seluruh aparat pemerintahan di wilayah yang berada di sekitar Dataran Tinggi Dieng untuk meningkatkan kesiagaan serta mengutamakan keselamatan masyarakat. Gubernur juga telah menerjunkan tim untuk melakukan pengawasan dalam menghadapi ancaman bencana alam di daerah itu.
Gubernur meminta bupati, camat, lurah, dan aparat lainnya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kejadian alam itu. “Seluruh aparat diminta waspada dan berupaya agar masyarakat merasa aman. Warga di sekitar Dieng saya harap tenang namun tetap waspada menghadipi peningkatan aktivitas Kawah Timbang,” kata Gubernur di Semarang, Senin (30/5).
Mantan Pangkostrad itu meminta petugas vulkanologi dan geologi bersikap proaktif dan segera menyampaikan semua informasi ke masyarakat apabila terjadi perubahan pergerakan yang kian berbahaya.
Peningkatan status menjadi siaga itu tertuang dalam surat Kepala Badan Geologi No 997/45/BGL/V/2011 tertanggal 29 Mei 2011 sebagai dasar peningkatan status Siaga (Level III) aktivitas Gunung Dieng. Peningkatan status diberlakukan sejak 29 Mei 2011 pukul 20:45 WIB ditetapkan zona merah bahaya gas CO2 radius 1 km dari Kawah Timbang, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara.
Gubernur berharap masyarakat manut terhadap seruan petugas agar menjauh dari radius zona merah tersebut. Itu dikarenakan adanya peningkatan kandungan CO2 yang merupakan gas beracun yang berbahaya bagi manusia. (J3,rj,dwi,H23,H30-35)

No comments:

Post a Comment

Jadilah anda yang pertama

Berita Terbaru