Monday, September 12, 2011

Sepenggal Babad Banjarnegara "Apa Jasa Tumenggung Dipayuda IV Terhadap Tanah Air Banjarnegara"

Orang pertama selalu saja menarik dan sering menjadi bahan omongan, begitu juga saya sebagai warga Banjarnegara tertarik untuk sedikit banyak tahu siapakah Tumenggung Dipayuda itu (Bupati Pertama Banjarnegara). Untuk mengetahui hal itu saya tidak bisa mendapatkan langsung dari sumbernya, he he tahun 1831 M saat Tumenggung Dipayuda diangkat menjadi Bupati Banjarnegara canggah saya mungkin juga belum lahir. Untuk itu saya tanya pada mbah saya yang umurnya lebih muda dari saya. Siapa dia kalau bukan Mbah Google.


Pertama saya bertanya  siapakah Tumenggung Dipayuda itu? dalam waktu kurang dari setengah menit simbah menjawab dengan 100 ribu jawaban lebih. Wah jawaban sebanyak itu bagaimana saya akan membacanya, ah simbah malah bikin pusing saja. Dari 100.000 jawaban intinya kurang lebih begini : "Tumenggung Dipayuda adalah Bupati Pertama Banjarnegara Karena berjasa kepada Pemerintah Mataram dalam Perang Diponegoro, R. Tumenggung Dipayudha IV diusulkan oleh Pakubuwono VII menjadi Bupati Banjar pada tanggal 22 Agustus 1831 (sebelumnya status Bupati Banjar telah dihapus). Tumenggung Dipayudha menjabat sebagai bupati hingga tahun 1846, dan pengganti Bupati Banjarnegara selanjutnya adalah [tidak perlu di tulis disini] sudah terlalu banyak yang nulis.
Pertanyaan berikutnya Apa sebenarnya jasa R Tumenggung Dipayuda sehingga di usulkan menjadi Bupati Banjarnegara? seperti biasanya jawaban banyak sekali tapi tetap saja tambah pusing yang membacanya. Nah disini saya tidak menyimpulkan satu jawabanpun, namun dari berbagai sumber mengatakan bahwa pada saat perang Diponegoro berlangsung Mataram berpihak pada Penjajah Belanda yang menjadi musuh Pangeran Diponegoro.Jika benar demikian yang terjadi maka R. Tumenggung Dipayuda adalah Bangsawan Pribumi yang bekerja untuk penjajah dan Beliau menjadi Bupati [orang terhormat] itu adalah suratan takdir.
Pertanyaan tidak saya lanjutkan, karena sedikit sekali referensi tentang Babad Banjarnegara jadi kita akan bolak-balik ke sumber yang itu-itu saja namun saya masih tetap penasaran masa pada bupati kita yang pertama itu bukan orang yang terhormat maaf [Peng*******k] begitu. Untuk itu saya mohon bantuan pembaca blog ini untuk meluruskan apabila yang saya tulis ini salah. Dan  mohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh warga Banjarnegara atas kesalahan saya.  sumber : dari berbagai sumber 

35 comments:

  1. kalo emang betul Dipayuda itu anthek LANDA nyong usul Pendopo Dipayuda dan Jalan Dipayuda diganti saja namanya jalan pake dipayuda lagi. begitu juga saat kirab hari jadi banjarnegara gambar dipayuda simpen sajalah.

    ReplyDelete
  2. semua dikondisikan oleh pemerintah belanda saat itu, sehingga tokoh-tokoh yang anti belanda namanya akan hilang begitu saja

    ReplyDelete
  3. lah jan kepriwe maning pancen kaya kue sejarahe

    ReplyDelete
  4. jasanya ya jelas mbangun kota banjarnegara

    ReplyDelete
  5. ya tinggal hitung aja banyak baiknya apa buruknya, nah itu baru namanya adil

    ReplyDelete
  6. dasar mental bangsa kita sudah jadi mental penjilat huffffft

    ReplyDelete
  7. Penghianat kok dijadikan pimpinan, malah diabadikan, kepriye iki tho yo....justru yg mbela Diponegoro itu sing patut di hormati.

    ReplyDelete
  8. Jangan cepat menyimpulkan kalau hanya mengandai-andai.

    ReplyDelete
  9. Pertanyaanya:
    Dimanakah makam dari dipayudha?
    tentu kita akan bingung, karena menurut sejarah setelah pensiun dari jabatan bupati Kyai Dipayuda atau Raden Tumenggung Dipayuda IV tidak ada kabar beritanya lagi ditingkat pemerintahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makam nya ada di banjarnegara sebelah barat mas,monggo datang saja kalo ingin tahu..

      Delete
  10. Tidak ada kabar secara pasti kemana kepergian Kyai Dipayuda pendiri Banjarnegara.Namun menurut kabar angin yang tersiar bahwa Kyai Dipayuda bersama dengan istri meninggalkan kota Banjarnegara untuk mencari kehidupan yang tenang

    ReplyDelete
  11. itu yang saya baca dari http://kyaidipayuda.blogspot.co.id/2009/08/mencari-akar-sejarah-kyai-dipayuda.html

    ReplyDelete
  12. artinya tidak diketahui secara jelas makam dari Raden Tumenggung Dipayuda IV pendiri Banjarnegara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di lihat mas...
      http://budparbanjarnegara.com/seni-dan-budaya/prosesi-hari-jadi-banjarnegara/makam-bupati-i-banjarnegara/

      Delete
  13. cerita ini sangat menarik bagi saya, karena sayapun sedang mencari jati diri dari sebuah makam keramat leluhur desa Lembasari-Kec.Jatinegara Kab.Tegal

    ReplyDelete
  14. Tersebutlah komplek makam "Mbah Jeneng" yang sangat tersohor dan banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru kota

    ReplyDelete
  15. Berpuluh puluh tahun bahkan ratusan tahun warga hanya bisa menyebutnya "Mbah jeneng" tanpa banyak mengetahui asal-usulnya. Namun semua percaya bahwa itu adalah makam "keramat"

    ReplyDelete
  16. Sampai suatu saat masyarakat sepakat untuk mengungkap "siapakah sebenarnya Mbah Jeneng itu?"

    ReplyDelete
  17. Melalui mediasi Kyai asal Jokjakarta "Gus Muafik" berzirahlah beliau dan warga ke makam "Mbah jeneng" dengan tujuan mengungkap siapakah "Mbah Jeneng" itu sebenarnya yang selama ini dianggap keramat warga desa Lembasari

    ReplyDelete
  18. Hasilnya pak kyai mengatakan bahwa: Mbah jeneng sebanarnya bergelar Dipayuda panglima perang jaman pangeran Diponegoro

    ReplyDelete
  19. Disebutkan Dipayuda atau "Mbah Jeneng" bersembunyi dari kejaran Belanda waktu itu, sehingga beliau tidak mau menyebutkan jati dirinya dengan masyarakat desa Lembasari waktu itu, yang menurut pak kyai sekitar tahun 1840-an, itulah alasan kenapa mbah jeneng tidak jelas jati dirinya

    ReplyDelete
  20. Setelah saya mencari di google, saya menemukan di http://kyaidipayuda.blogspot.co.id/2009/08/mencari-akar-sejarah-kyai-dipayuda.html,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aduh itu masih banyak kekurangan mas,yang nulis juga sampai kliru gitu tentang banjarmangu..
      Banjar petambakan sekarang(petambakan)
      Pindah ke barat sungai mrawu jadi banjar watulembu sekarang(banjarmangu)
      Pindah ke selatan sungai serayu sekarang(banjarnegara kota)
      Hati2 mas kalo baca dari google harus dari sumber terpercaya..
      Maaf cuma mengingatkan..

      Delete
  21. disitu tertulis bahwa Raden Tumenggung Dipayuda IV dan istrinya setelah pensiun beliau meninggalkan banjarnegara ke suatu tempat yang belum jelas keberadaanya

    ReplyDelete
  22. saya berpendapat bahwa "Mbah Jeneng" leluhur warga Lembasari merupakan pendiri Kota Banjarnegara yang bernama Raden Tumenggung Dipayuda IV

    ReplyDelete
  23. tujuan saya menuliskan ini adalah menelusuri titik temu sejarah yang tidak tertulis, bagi siapa saja warga Banjarnegara yang peduli dimohon untuk memperhatikan tulisan saya ini.....karena siapa tahu "Leluhur/pendiri Banjarnegara Bersemayam di Desa Lembasari-Jatinegara-Tegal yang dikenal dengan sebutan "Makam Mbah Jeneng"
    Terimakasih.....

    ReplyDelete
  24. Jangan asal menyimpulkan,tulisan anda bisa menyesatkan.. apakah anda ahli sejarah? Kenapa anda tidak bertanya pada ahlinya? Kenapa tidak ke banjarnegara saja? Tulisan anda akan di pertanggung jawabkan nanti..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya benar kalo tidak tahu sejarah mending diam belajar dulu daripada menyabarkan berita salah.. makam tumenggung dipoyudo ada kok di banjarnegara,dan sering di ziarahi..

      Delete
  25. Hahaha.. belajar kok sama mbah google..
    Jaman sekarang kok banyak yang milih belajar sendiri ketimbang belajar sama guru, akibatnya ya bisa melenceng jauh tapi merasa benar.. wkwkwk lucu

    ReplyDelete
  26. Dari narasi yang penulis tuliskan saja sudah jelas di mana posisi Dipayuda berdiri, ia hanya menjalankan perintah dari Pakubuwono karena pada masa itu wilayah Banjar adalah bagian dari Kasunan Surakarta. Jadi terlalu sempit rasanya kalau dipandang sebagai pengkhianat, jika ia berkhianat secara tidak langsung Kasunan Surakarta juga demikian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. [Peng*******k] entah apa yang dimaksud penulis tapi saya kirab tidak sesuai jika dibaca "Pengkhianat"

      Delete
  27. saat perang diponegoro Pakubuwana VI adalah pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro, yang memberontak terhadap Kesultanan Yogyakarta dan pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1825. Namun, sebagai seorang raja yang terikat perjanjian dengan Belanda, Pakubuwana VI berusaha menutupi persekutuannya itu.

    Penulis naskah-naskah babad waktu itu sering menutupi pertemuan rahasia Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro menggunakan bahasa simbolis. Misalnya, Pakubuwana VI dikisahkan pergi bertapa ke Gunung Merbabu atau bertapa di Hutan Krendawahana. Padahal sebenarnya, ia pergi menemui Pangeran Diponegoro secara diam-diam.

    Belanda akhirnya berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830. Sasaran berikutnya ialah Pakubuwana VI. Kecurigaan Belanda dilatarbelakangi oleh penolakan Pakubuwana VI atas penyerahan beberapa wilayah Surakarta kepada Belanda.

    Belanda berusaha mencari bukti untuk menangkap Pakubuwana VI. Juru tulis keraton yang bernama Mas Pajangswara (ayah Ranggawarsita) ditangkap untuk dimintai keterangan. Sebagai anggota keluarga Yasadipura yang anti Belanda, Pajangswara menolak membocorkan hubungan rahasia Pakubuwana VI dengan Pangeran Diponegoro. Ia akhirnya meninggal setelah disiksa secara kejam. Konon jenazahnya ditemukan penduduk di sekitar Luar Batang.

    Belanda tetap saja menangkap Pakubuwana VI dan membuangnya ke Ambon pada tanggal 8 Juni 1830 dengan alasan bahwa Mas Pajangswara sudah membocorkan semuanya, dan kini ia hidup nyaman di Batavia.

    Fitnah yang dilancarkan pihak Belanda ini kelak berakibat buruk pada hubungan antara putra Pakubuwana VI, yaitu Pakubuwana IX dengan putra Mas Pajangswara, yaitu Ranggawarsita.

    Pakubuwana IX sendiri masih berada dalam kandungan ketika Pakubuwana VI berangkat ke Ambon. Takhta Surakarta kemudian jatuh kepada paman Pakubuwana VI, yang bergelar Pakubuwana VII.

    Konon karena saat itu wilayah banjar petambakan kosong di karenakan meninggalnya Tumenggung wirayuda, diangkatlah RT Dipayuda IV, dan saat itu di panggillah RT dipayuda menghadap Raja
    Hal ini diceritakan dalam babad Pupuh:

    “Tumuta lampah kawula, sri naréndra ngandika iya becik, tinimbalan praptèng ngayun, sang nata angandika, Dipayuda milua amapag musuh, tur sembah matur sandika”

    Artinya:” Mengikuti saran, sang raja berkata,”Ya, kalau begitu panggillah Dipayuda menghadap saya”. Kepada Dipayuda raja memerintahkan untuk mencegat musuh dan di jawab bahwa dia siap”.


    Sehingga Sri Susuhunan Paku Buwono VII mengusulkan agar Raden Tumenggung Dipayuda IV diangkat menjadi bupati Banjar.berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I.Usul tersebut disetujui oleh Gubernur Jenderal.Peristiwa ini kemudian lebih dikenal dengan Banjar Watu Lembu.

    ReplyDelete
  28. Sng antek belanda kwe raimu keton ciri khase...mlintir sejarah men pda kpaten obor,d cilikna atine karo pahlawane,men ra dwe kbanggan akan jati diri

    ReplyDelete

Jadilah anda yang pertama

Berita Terbaru