SBY mengundang Gus Dur untuk makan malam di Puri Cikeas. Sambil bersantap, SBY menceritakan program-program yang telah dilakukan dan dilaksanakannya, dengan maksud agar Gus Dur mau mengakui keberhasilannya sebagai presiden. “Intinya, Gus,” kata SBY, “kenapa banyak yang tidak menghargai dan mengakui kalau saya lebih berhasil dibanding presiden lainnya...”Bosan mendengar keluhan SBY, Gus Dur langsung memotong, “Gini lho. Kalau ngukur keberhasilan presiden itu gampang kok.”
“Apa ukurannya?” kata SBY penasaran.
“Kalau berhasil membuat lalu-lintas di Jakarta nggak macet. Nah, satu-satunya presiden yang mampu membuat Jakarta nggak macet ya saya...”
“Lho, apa buktinya, Gus?”
“Buktinya, dulu, sebelum saya jadi presiden, saya selalu kena macet. Tapi begitu saya jadi presiden, kemana-mana saya lancar-lancar saja. Tinggal duduk di mobil, tidur...dan tahu-tahu udah cepet nyampe... Nah, tapi begitu saya nggak jadi presiden lagi, ya langsung kena macet. Itu kan bukti, kalau presiden
setelah saya nggak berhasil mengatasi kemacetan. Tadi, waktu jalan ke Cikeas sini ajah kena macet berjam-jam kok...”
SBY cuman nyengir.
“Apa ukurannya?” kata SBY penasaran.
“Kalau berhasil membuat lalu-lintas di Jakarta nggak macet. Nah, satu-satunya presiden yang mampu membuat Jakarta nggak macet ya saya...”
“Lho, apa buktinya, Gus?”
“Buktinya, dulu, sebelum saya jadi presiden, saya selalu kena macet. Tapi begitu saya jadi presiden, kemana-mana saya lancar-lancar saja. Tinggal duduk di mobil, tidur...dan tahu-tahu udah cepet nyampe... Nah, tapi begitu saya nggak jadi presiden lagi, ya langsung kena macet. Itu kan bukti, kalau presiden
setelah saya nggak berhasil mengatasi kemacetan. Tadi, waktu jalan ke Cikeas sini ajah kena macet berjam-jam kok...”
SBY cuman nyengir.
No comments:
Post a Comment
Jadilah anda yang pertama