Wednesday, November 16, 2011

Nekad Tenan

Dekade 80an penataran Eka Prasetya Pancakarsa atau P4 wajib diikuti semua warga negara. Mau melamar kerja pun harus menunjukkan sertifikat P4. 



Setelah penataran, ternyata Pancasila tidak diamalkan. KKN berjangkit dimana-mana. Anak-anak muda tenggelam dalam dunia narkoba dan psikotropika. Sopan santun dan tata krama sudah tidak mendapat tempat di dalam kehidupan sehari-hari. 
Disintegrasi mulai bermunculan. Ekonomi juga hancur. Krisis di semua lini. 

Pancasila hanya sebatas sebagai hapalan agar lulus ujian atau diterima kerja atau untuk naik jabatan, bukan untuk diamalkan dalam hidup sehari-hari. 

Pak Harto lah yang memelopori penafsiran Pancasila menurut keinginannya sendiri. Ia ingin agar P4 menggantikan posisi PANCASILA sebagai dasar negara. Kelakuannya ini pun diikuti yang lain. 

Disebuah sekolah dasar, alkisah seorang guru minta para muridnya untuk membaca PANCASILA menurut bahasa daerah ibu mereka masing-masing. Maka ramailah suasana kelas, karena tidak semua murid memahami aneka macam bahasa daerah teman mereka sendiri. 
Seorang siswapun maju kedepan kelas. Dengan lantang ia mulai mengucapkan "Pancasila". Begini bunyinya ; 

Pancasila 

siji, Gusti Allah ora ono kancane, 
Loro, ojo sing sadis-sadis, 
Telu, Indonesia iku kompak, 
Papat, rembukane sing apik-apik, 
Limo, mangan ora mangan sing penting kumpul... 

Nah loh,.. gurunya pun kebingungan.... 

dari Majalah GEMA PERJUANGAN tahun III/No.6 Juni 2003 

No comments:

Post a Comment

Jadilah anda yang pertama

Berita Terbaru